Sabtu, 31 Mei 2014

Kisah Semut Zaman Nabi Sulaiman

Semut Memberi Komando
Mungkin kita pernah mendengar cerita fiktif tentang hewan-hewan yang berbicara dengan hewan yang lain. Semua itu hanyalah cerita fiktif belaka alias omong kosong. Tapi ketahuilah wahai para pembaca, sesungguhnya adanya hewan yang berbicara kepada hewan yang lain, bahkan memberi komando, layaknya seorang komandan pasukan yang memberikan perintah. Hewan yang memberi komando tersebut adalah semut. Kisah ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Qur’an,

“Dan Sulaiman Telah mewarisi Daud, dan dia berkata: “Hai manusia, kami Telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) Ini benar-benar suatu kurnia yang nyata”.Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).

Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.Maka dia (Sulaiman) tersenyum dengan tertawa Karena (mendengar) perkataan semut itu. dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah Aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang Telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah Aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. (QS.An-Naml: 16-19).

Rabu, 28 Mei 2014

Haji Mabrur Berkat Menyantuni Anak Yatim


Pada suatu hari ketika Abdullah bin Mubarak menunaikan ibadah haji, dia tertidur di Masjidil Haram. Dia bermimpi melihat dua malaikat turun dari langit lalu yang satu berkata kepada yang lain, “Berapa banyak orang-orang yang berhaji pada tahun ini?”  Jawab yang lain, “Enam ratus ribu.” Lalu ia bertanya lagi, “Berapa banyak yang diterima hajinya?” Jawab yang lain, “Tidak seorang pun yang diterima, hanya ada seorang tukang sepatu dari Damsyik bernama Muwaffaq, dia tidak dapat berhaji, tetapi diterima hajinya sehingga semua yang haji pada tahun itu diterima berkat hajinya Muwaffaq.”
Ketika Abdullah bin Mubarak mendengar percakapan itu, maka terbangunlah ia dari tidurnya, dan langsung berangkat ke Damsyik mencari orang yang bernama Muwaffaq, sehingga sampailah ia ke rumahnya. Ketika pintu rumah diketuk, keluarlah seorang lelaki. Abdullah segera bertanya nama laki-laki itu. Laki-laki itu menjawab, “Muwaffaq.” Lalu Abdullah bin Mubarak bertanya, “Kebaikan apakah yang telah engkau lakukan sehingga mencapai darjat yang sedemikian itu?” Muwaffaq menjawab, “Tadinya aku ingin berhaji tetapi tidak bisa karena keadaanku, tetapi mendadak aku mendapat uang tiga ratus diirham dari pekerjaanku menambal sepatu, lalu aku berniat haji pada tahun ini. Sementara itu isteriku sedang hamil. Suatu hari dia mencium bau makanan dari rumah tetanggaku dan menginginkan makanan itu. Aku lalu pergi ke rumah tetanggaku dan menyampaikan tujuanku yang sebenarnya kepada wanita tetanggaku itu.
Wanita tetanggaku menjawab, “Terpaksa aku membuka rahasia ini. Sebenarnya anak-anak yatimku sudah tiga hari tanpa makanan, karena itu aku keluar mencari makanan untuk mereka. Tiba-tiba aku bertemu dengan bangkai himar (keledai) di suatu tempat, lalu aku potong sebagiannya dan kubawa pulang untuk dimasak. Makanan ini halal bagi kami (dalam kondisi darurat—red) tetapi haram untuk kamu.”
Ketika mendegar jawaban itu, aku segera kembali ke rumah dan mengambil uang tiga ratus dirham dan keserahkan kepada tetanggaku tadi seraya menyuruhnya membelanjakan uang itu untuk keperluan anak-anak yatim yang ada dalam tanggungannya. “Sebenarnya hajiku adalah di depan pintu rumahku.” Kata Muwaffaq lagi.
Demikianlah kisah yang sangat bermakna ini bahwa membantu tetangga yang dalam kelaparan amat besar pahalanya apalagi di dalamnya terdapat anak-anak yatim.

SAYANGI ANAK YATIM

Dari Abu Ummah diceritakan bahawa Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Barang siapa yang membelai kepala anak yatim kerana Allah SWT, maka baginya kebaikan yang banyak daripada setiap rambut yang diusap. Dan barang siapa yang berbuat baik kepada anak yatim perempuan dan lelaki, maka aku dan dia akan berada di syurga seperti ini, Rasulullah SAW mengisyaratkan merenggangkan antara jari telunjuk dan jari tengahnya.” (Hadis riwayat Ahmad)


Mengulas hadis riwayat Ahmad itu, Al-Hafizah Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata: “Cukuplah sebagai bukti yang menetapkan dekatnya kedudukan Nabi dengan kedudukan orang yang mengasuh anak yatim, kenyataan bahawa antara jari tengah dan jari telunjuk tidak ada jari yang lain.”

M Khalilurrahman Al-Mahfani dalam sebuah bukunya mencatatkan mengenai anak yatim: “Anak yatim adalah satu daripada komponen kehidupan yang harus kita rahmati. Dengan kata lain, kita harus menjadi rahmat bagi mereka, bukan menjadi musibah.”


Ibnu Abbas meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Orang yang memelihara anak yatim dalam kalangan umat Muslimin, memberinya makan dan minum, pasti Allah SWT akan masukkan ke dalam syurga, kecuali ia melakukan dosa yang tidak boleh diampun.” (Hadis riwayat Tirmidzi)

Jelaslah bahawa pahalanya sangat besar bagi sesiapa yang berbuat baik atau memelihara anak yatim.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda yang bermaksud: “Sebaik-baik rumah di antara orang Islam adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diperlakukan dengan sebaik-baiknya dan seburuk-buruk rumah adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim, namun diperlakukan dengan buruk.” (Hadis riwayat Ibnu Majah)

Rahmat bagi mereka dizahirkan dalam bentuk kepedulian yang nyata, antara lain mengasuh mereka dalam keluarga kita, membantu ekonomi dan pendidikan, menjadi orang tua asuh, serta aktif mengelola rumah asuhan.

Allah SWT juga berjanji akan memberi pahala dan ganjaran yang setimpal kepada kaum Muslimin yang membantu meringankan beban anak yatim dengan memberi sumbangan (derma atau sedekah). Banyak atau sedikit sumbangan yang diberikan itu bukan ukurannya, tetapi keikhlasan yang penting. Allah melihat apa yang ada dalam hati.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda : “Tidak ada suatu pagi yang dilalui oleh seorang hamba kecuali dua malaikat turun. Satu daripadanya berkata: Ya Allah, berilah ganti orang yang berinfak (dermawan). Malaikat yang satu lagi berkata: Ya Allah, berilah kehancuran bagi orang yang PELIT.” (Hadis riwayat Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Senin, 26 Mei 2014

KAMI ANAK YATIM

Anak Yatim



Anak-anak yatim perlu mendapatkan kasih sayang dan kepedulian. Mengabaikan kepedulian terhadap mereka termasuk golongan orang-orang yang mendustakan agama. Allah swt berfirman, ”Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang mengherdik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.” (QS 107:1-3).



Menurut ayat ini, ada dua hal yang menyebabkan seseorang tergolong “pendusta agama”, iaitu mengherdik anak yatim dan tidak mahu menganjurkan memberi makan kepada orang miskin. Mengapa dikatakan pendusta agama? Kerana anak yatim memiliki status yang sangat mulia dalam Islam yang bersangkutan dengan keperibadian Rasulullah saw itu sendiri. Rasulullah saw dilahirkan dalam keadaan yatim, dan ketika ibundanya meninggal juga Baginda saw masih dalam keadaan anak yatim. Saat Baginda saw dalam keadaan yatim, tidak ada seorang pun peduli terhadap Baginda saw, kecuali keluarganya sendiri. Perlakuan meremehkan anak yatim dan tidak adanya kepedulian kepada fakir miskin merupakan sebab utama manusia tergolong sebagai pendusta agama. Baginda Muhammad saw diutus menjadi rasul, yang salah satu syariatnya adalah mewajibkan kepedulian terhadap anak yatim. 




Menjalin hubungan antara ahli keluarga yang harmoni tidak lepas dari kepedulian terhadap anak yatim dan fakir miskin. Kepedulian dalam erti adanya kemahuan untuk mengurus mereka, dan berlaku baik terhadap mereka. Dari sana akan muncul nilai-nilai positif bagi keluarga yang peduli terhadap mereka berupa keharmonian, ketenangan, dan keberkatan dalam keluarga. Rasulullah saw bersabda, ”Sebaik-baik rumah orang Muslim, iaitu rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diasuh dengan baik. Dan sejelek-jelek rumah orang Muslim, iaitu rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang tidak diasuh dengan baik.” 


Rasulullah saw menilai bahawa rumah yang paling baik adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diasuh dengan baik. Sebaliknya, seburuk-buruk rumah adalah jika ada anak yatim di rumah tersebut, akan tetapi tidak diasuh dengan baik. Rasulullah saw menjelaskan bahawa di syurga nanti, rumah yang digunakan mengasuh anak yatim dengan baik disebut “Rumah Kesenangan” kerana mereka memberikan kesenangan kepada anak yatim sewaktu di dunia. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya di dalam syurga terdapat rumah yang disebut “Rumah Kesenangan”. Tidak ada yang dapat memasukinya, kecuali orang yang menyenangkan anak-anak yatim mukmin.” Hadis ini menjelaskan bahawa Allah swt memberikan ganjaran yang paling berharga berupa “Rumah Kesenangan” di syurga. Ini merupakan puncak keberkatan bagi mereka yang peduli terhadap nasib anak yatim. 





Kebersamaan dengan anak yatim ketika di dunia yang diasuh dengan baik menunjukkan bahawa mereka akan ditempatkan bersama-sama dengan Rasulullah saw di syurga. Sebab, Allah swt akan membangkitkan manusia di Akhirat kelak bersama-sama dengan orang yang menyertainya. Sungguh perbuatan yang sangat mulia apabila mahu berkongsi kasih sayang dengan anak-anak yatim yang banyak di institusikan oleh keluarganya kerana keterbatasan faktor kewangan. Baginda saw mengisyaratkan kedekatannya dengan pengasuh anak yatim bagaikan kedekatan jari telunjuk dengan jari tengah atau jari telunjuk dengan ibu jari. Rasulullah saw bersabda, “Aku bersama orang yang mengurus anak yatim di syurga seperti ini- Nabi mengisyaratkan dua jarinya, telunjuk dan jari tengah, atau jari telunjuk dan ibu jari.” (HR Malik dalam Al-Muwaththa’ bab 6 halaman 8) 


Dituturkan dari Ibn Abbas ra bahawa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa memelihara anak yatim di tengah kaum muslim dengan memberi makan dan minum, maka Allah akan memasukkannya ke syurga kecuali ia melakukan dosa yang tidak diampuni Allah (dosa musyrik).” ( Al-Tirmizi)


Dituturkan dari Abu Hurairah ra bahawa Rasulullah saw bersabda, “Demi Allah yang mengutusku dengan hak, Allah tidak akan menyiksa pada Hari Kiamat pada orang yang mengasihi anak yatim, ramah, manis tutuk katanya dan benar-benar menyayangi anak yatim dan mengambil peduli kelemahannya. Juga tidak menyombongkan diri terhadap tetangganya dengan kekayaan yang diberikan Allah kepadanya.” ( Al-Baihaqi ) 


Demikianlah wahai saudaraku, semoga tulisan yang singkat ini bermanfaat bagi kita semua. Marilah kita tingkatkan rasa kepedulian kita kepada para anak yatim dan orang-orang miskin dengan cara menyantuni mereka dengan baik. Iaitu sesuai dengan perintah Allah swt dan tuntunan Baginda Rasulullah saw, agar kita tidak termasuk ke dalam golongan kaum yang “Mendustai Agama”, sebagaimana yang di isyaratkan oleh Al Quran sebagaimana dalam surah 107, ayat 1-3 diatas.


Marilah kita memberikan kesenangan kepada anak yatim, agar kelak kita memperolehi ganjaran berupa “Rumah Kesenangan” yang letaknya dekat dengan Nabi saw di Akhirat kelak. Wallahu`alam.



Jagalah Hati…

Jumat, 23 Mei 2014

Tangisan Anak Yatim

TANGISAN ANAK YATIM

Rasulullah saw. Pernah bersabda:
“Sesungguhnya anak yatim itu jika dia menangis, berguncanglah baginya ‘Arasy. Kemudian Allah swt. Berfirman:
Siapakah orang yang membuat menangis hambaku yang kedua orang tuanya Kuambil sewaktu ia masih kecil? Demi kekuasaan-Ku, demi keagungan-Ku, dan demi keluhuran tempat-Ku, tidaklah seorang mukmin menghentikan tangisannya kecuali Aku wajibkan baginya surga.”


pilubang.xtgem.com