Rabu, 28 Mei 2014

Haji Mabrur Berkat Menyantuni Anak Yatim


Pada suatu hari ketika Abdullah bin Mubarak menunaikan ibadah haji, dia tertidur di Masjidil Haram. Dia bermimpi melihat dua malaikat turun dari langit lalu yang satu berkata kepada yang lain, “Berapa banyak orang-orang yang berhaji pada tahun ini?”  Jawab yang lain, “Enam ratus ribu.” Lalu ia bertanya lagi, “Berapa banyak yang diterima hajinya?” Jawab yang lain, “Tidak seorang pun yang diterima, hanya ada seorang tukang sepatu dari Damsyik bernama Muwaffaq, dia tidak dapat berhaji, tetapi diterima hajinya sehingga semua yang haji pada tahun itu diterima berkat hajinya Muwaffaq.”
Ketika Abdullah bin Mubarak mendengar percakapan itu, maka terbangunlah ia dari tidurnya, dan langsung berangkat ke Damsyik mencari orang yang bernama Muwaffaq, sehingga sampailah ia ke rumahnya. Ketika pintu rumah diketuk, keluarlah seorang lelaki. Abdullah segera bertanya nama laki-laki itu. Laki-laki itu menjawab, “Muwaffaq.” Lalu Abdullah bin Mubarak bertanya, “Kebaikan apakah yang telah engkau lakukan sehingga mencapai darjat yang sedemikian itu?” Muwaffaq menjawab, “Tadinya aku ingin berhaji tetapi tidak bisa karena keadaanku, tetapi mendadak aku mendapat uang tiga ratus diirham dari pekerjaanku menambal sepatu, lalu aku berniat haji pada tahun ini. Sementara itu isteriku sedang hamil. Suatu hari dia mencium bau makanan dari rumah tetanggaku dan menginginkan makanan itu. Aku lalu pergi ke rumah tetanggaku dan menyampaikan tujuanku yang sebenarnya kepada wanita tetanggaku itu.
Wanita tetanggaku menjawab, “Terpaksa aku membuka rahasia ini. Sebenarnya anak-anak yatimku sudah tiga hari tanpa makanan, karena itu aku keluar mencari makanan untuk mereka. Tiba-tiba aku bertemu dengan bangkai himar (keledai) di suatu tempat, lalu aku potong sebagiannya dan kubawa pulang untuk dimasak. Makanan ini halal bagi kami (dalam kondisi darurat—red) tetapi haram untuk kamu.”
Ketika mendegar jawaban itu, aku segera kembali ke rumah dan mengambil uang tiga ratus dirham dan keserahkan kepada tetanggaku tadi seraya menyuruhnya membelanjakan uang itu untuk keperluan anak-anak yatim yang ada dalam tanggungannya. “Sebenarnya hajiku adalah di depan pintu rumahku.” Kata Muwaffaq lagi.
Demikianlah kisah yang sangat bermakna ini bahwa membantu tetangga yang dalam kelaparan amat besar pahalanya apalagi di dalamnya terdapat anak-anak yatim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar